KABAR GLOBAL – Meskipun investasi KB Kookmin Bank sudah mencapai 3 triliun won, dan mengalami defisit pada tahun 2022 mencapai 800 miliar won, namun defisitnya sudah mulai berkurang menjadi 200 miliar won pada tahun 2023.
Selanjutnya perhatian difokuskan pada apakah PT Bank KB Bukopin Tbk yang dianggap sebagai kelemahan terbesar Grup Keuangan KB, akan menghasilkan laba. Dengan defisit yang terus berlanjut selama beberapa tahun dan faktor-faktor negatif seperti keterlambatan pengembangan sistem komputer, otoritas keuangan dan kalangan politik di Korea Selatan juga turut mengamati dengan saksama.
Menurut berita yang dilansir dalam laman Chosun, pada Jumat (25/10), Wakil Presiden Kang Nam-chae dari Bank KB Kookmin hadir sebagai saksi dalam rapat audit komprehensif Komite Urusan Negara Majelis Nasional yang dimulai sejak Kamis dan menyatakan, “Kami telah bekerja sangat keras untuk meningkatkan manajemen selama dua setengah tahun terakhir, dan telah mencapai banyak inovasi dalam struktur keuangan.”
Lebih lanjut Kang Nam Chae mengatakan, “Kami berharap (Bank KB Bukopin) akan meraup untung pada tahun 2026, tetapi akan berusaha semaksimal mungkin agar tahun depan dapat meraup untung dengan cepat.”
Dalam rapat dengar pendapat Majelis Nasional sebelumnya yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober, anggota parlemen Partai Demokrat Korea Cho Seung-rae mengatakan, “Investasi Kookmin Bank di Bank KB Bukopin merupakan krisis total karena telah mengakibatkan arus keluar modal dalam skala besar, runtuhnya kontrol dan sistem internal, keterlambatan pembukaan sistem komputer karena data yang buruk, dan intimidasi terhadap perusahaan mitra karena uji tuntas yang buruk dan pengabaian oleh otoritas pengawas.”
Otoritas keuangan juga skeptis terhadap Bank KB Bukopin. Lee Bok-hyun, Kepala Badan Pengawas Keuangan (Financial Supervisory Services/FSS), mengatakan, “Bank Bukopin merupakan masalah yang telah kami selidiki dengan serius, dan akan menggunakan kesempatan ini untuk memeriksa secara menyeluruh kasus investasi luar negeri dan konsinyasi bisnis perusahaan keuangan dan melaporkan kembali secara terperinci secara terpisah.” Artinya, mereka akan melihat apakah ada kekurangan pengendalian internal atau masalah prosedural dalam proses akuisisi dan investasi di Bank Bukopin.
Pada tahun 2018, Kookmin Bank menginvestasikan 113,1 miliar won untuk membeli 22% saham di Bank KB Bukopin. Saat itu, Bukopin tergolong bank pailit. Kookmin Bank menjelaskan bahwa ini merupakan investasi strategis untuk mencari bisnis baru melalui ekspansi global dan mengamankan momentum pertumbuhan jangka menengah hingga panjang.
Kookmin Bank menjadi pemegang saham terbesar Bank Bukopin pada tahun 2020. Ketika masalah likuiditas muncul karena pukulan langsung dari COVID-19, Kookmin Bank menginvestasikan 300 miliar won untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi 67%.
Masalahnya, Bank KB Bukopin belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Defisit pada tahun 2021 mencapai 272,5 miliar won, meningkat pesat menjadi 802 miliar won pada tahun 2022. Kookmin Bank menginvestasikan 393,5 miliar won pada tahun 2021 dan 709 miliar won tahun lalu melalui peningkatan modal disetor. Jumlah investasi ekuitas saja melebihi 1,5 triliun won. Jika menggabungkan dana investasi, pinjaman, dan dukungan likuiditas lainnya, jumlah investasi saja berjumlah sekitar 3,1 triliun won. Ini sekitar 8% dari modal ekuitas Kookmin Bank.
Selain itu, Bank KB Bukopin juga telah menyiapkan platform digital dan telah dilakukan dikucurkan investasi, tetapi masih belum mulai beroperasi. Platform digital dipromosikan untuk mengatasi kurangnya pengelolaan utang macet yang tepat karena pencatatan riwayat pinjaman secara manual, dll., tetapi masih belum ada kepastian mengenai kapan mulai dilaksanakannya sistem transformasi digital.
KB Financial Group baru-baru ini melaporkan defisit Bank Bukopin telah menurun, dan diproyeksikan dapat menghasilkan laba paling cepat tahun depan. Padahal, rugi bersih tahun lalu mencapai 261,2 miliar won, turun signifikan dari tahun sebelumnya. Hingga semester pertama tahun ini, rugi bersihnya mencapai 151,4 miliar won.
Namun, rasio kredit bermasalah (NPL) naik dari 9,70% pada akhir tahun lalu menjadi 11,31% hingga akhir Juni, yang mengindikasikan risiko kredit macet masih tinggi.
Di industri keuangan, diyakini jika KB Financial berhasil menormalisasi Bank Bukopin, hal itu akan memberikan kontribusi besar bagi kinerja perusahaan.
Laba bersih kumulatif KB Financial Group pada kuartal ketiga tahun ini mencapai KRW 4,3953 triliun, naik 0,4% dari periode yang sama tahun lalu. Ini merupakan kinerja kumulatif tertinggi sepanjang sejarah untuk kuartal ketiga. Laba bersih kuartal ketiga mencapai KRW 1,614 triliun, naik 17,9% dari tahun lalu. Ini adalah level yang melampaui kinerja yang diharapkan industri sekuritas (KRW 1,5 triliun).
Seorang pejabat senior di industri keuangan mengatakan, “Jika kinerja global membaik, hal itu dapat dilihat sebagai landasan bagi pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka menengah hingga panjang,” seraya menambahkan, “Diperlukan waktu dan investasi tambahan untuk menyelesaikan masalah seperti peraturan lokal dan sistem keuangan.”
redaksi@jurnalbisnis.com