Total Pendapatan Sampai Q3-2024 Naik 40%, ANTAM Terus Tingkatkan Kinerja Perusahaan

JURNAL BUMN – PT Aneka Tambang Tbk atau ANTAM mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian Interim dengan capaian kinerja keuangan Perusahaan yang positif sepanjang periode sembilan bulan tahun 2024 (Januari – September 2024, 9M24). Perusahaan membukukan laba periode berjalan sebesar Rp2,23 triliun di periode 9M24.

Selaras dengan pencapaian ini, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) Perusahaan juga tercatat positif sebesar Rp3,93 triliun di periode yang sama.

Dalam menghadapi kondisi makroekonomi yang berpengaruh pada harga komoditas Perusahaan dan kondisi terkait regulasi dalam negeri yang memiliki dampak pada kinerja produksi dan penjualan Perusahaan, ANTAM menerapkan pengelolaan perusahaan yang cermat untuk mempertahankan kinerja yang positif di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan melalui operation excellecence untuk mencapai target produksi dan penjualan, upaya marketing yang agresif untuk komoditas emas serta strategi efisiensi biaya di segala lini operasi Perusahaan.

Direktur Utama ANTAM, Nico Kanter dalam siaran pers yang dirilis Rabu (30/10), menyatakan pencapaian ini menegaskan kemampuan Perusahaan dalam menjaga stabilitas dan daya saing di tengah berbagai tantangan global. “Kami terus berkomitmen untuk memberikan nilai positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan,” kata Nico.

Pada 9M24, ANTAM mencatatkan capaian laba kotor sebesar Rp4,10 triliun, dengan laba usaha tercatat sebesar Rp1,86 triliun. Di periode tersebut, beban usaha Perusahaan turun 19% menjadi Rp2,24 triliun, dibandingkan capaian periode sembilan bulan tahun 2023 (Januari – September 2023, 9M23) sebesar Rp2,75 triliun. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh penurunan biaya terkait logistik dan asuransi seiring dengan terdampaknya penjualan komoditas nikel dan bauksit akibat kondisi perizinan selama 9M24. Perusahaan juga membukukan penurunan beban keuangan di 9M24 sebesar 14% menjadi Rp176,49 miliar dibandingkan 9M23 sebesar Rp205,76 miliar seiring dengan upaya menurunkan interest bearing debt di tahun 2024 sebagai bagian dari progrm efisiensi perusahaan. Di akhir 9M24, capaian nilai laba bersih per saham dasar ANTAM tercatat sebesar Rp91,60 per saham dasar.

Dari sisi posisi keuangan Perusahaan, ANTAM membukukan kenaikan aset, dari Rp35,50 triliun di 9M23 menjadi Rp40,98 triliun di 9M24 atau meningkat 15%. Di periode yang sama, total liabilitas ANTAM turun 3% menjadi Rp10,60 triliun, dari nilai liabilitas di 9M23 sebesar Rp10,88 triliun. Sedangkan nilai ekuitas ANTAM pada 9M24 tercatat sebesar Rp30,38 triliun, tumbuh 23% dari nilai ekuitas pada 9M23 sebesar Rp24,62 triliun.

ANTAM menunjukkan posisi keuangan yang kuat yang tercermin dari penurunan pinjaman berbunga (interest bearing debt) menjadi Rp1,63 triliun pada 9M24. Penurunan sebesar 45% dari posisi pinjaman pada 9M23 sebesar Rp2,99 triliun, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efesiensi biaya di tahun 2024. Selain itu, pertumbuhan saldo kas dan setara kas yang mencapai Rp9,60 triliun, naik 27% dari posisi pada akhir periode 9M23 sebesar Rp7,54 triliun, menambah fondasi likuiditas yang solid bagi perusahaan.

Dengan struktur keuangan yang stabil dan tingkat utang yang rendah, ANTAM memiliki fleksibilitas keuangan yang cukup untuk menjalankan inisiatif strateginya dengan memanfaatkan peluang pertumbuhan melalui proyek pengembangan usaha yang sedang dijalankan.

Capaian Kinerja Produksi dan Penjualan ANTAM pada 9M24
Pada 9M24, ANTAM masih dihadapkan pada tantangan operasional yang disebabkan oleh kendala perizinan. Di tengah kondisi yang menantang tersebut, ANTAM berhasil mengoptimalkan kinerja produksi dan penjualannya terutama pada komoditas nikel, sementara peningkatan permintaan dalam negeri dan keberhasilan strategi pemasaran telah mendorong kinerja penjualan komoditas emas yang signifikan pada periode ini.

ANTAM mencatatkan pertumbuhan penjualan 40% menjadi Rp43,20 triliun jika dibandingkan penjualan pada periode 9M23 sebesar Rp30,90 triliun. Dengan kontribusi penjualan bersih domestik yang mencapai Rp39,79 triliun atau setara 92% dari total penjualan bersih ANTAM periode 9M24.

”Strategi kami untuk memperkuat basis pelanggan domestik telah memberikan dampak signifikan, ANTAM tidak hanya berhasil memperkuat posisi strategisnya di dalam negeri, tetapi juga membangun ketahanan bisnis dari tantangan geopolitik dan ekonomi global,” tambah Nico.

Pada periode 9M24, ANTAM meningkatkan pangsa pasar domestik melalui produk Segmen Emas yang berkontribusi sebesar 83% terhadap total penjualan ANTAM dengan nilai penjualan sebesar Rp35,70 triliun, meningkat 85% dari capaian pada 9M23 sebesar Rp19,29 triliun. Pada 9M24, ANTAM mencatatkan total volume produksi logam emas dari tambang Perusahaan sebesar 743 kg (23.888 troy oz.). Efektivitas dalam strategi pemasaran, inovasi produk dan penguatan pangsa pasar, berkontribusi pada peningkatan penjualan emas 9M24 sebesar 47% mencapai 28.567 kg (918.450 troy oz.), jika dibandingkan capaian penjualan pada 9M23 sebesar 19.460 kg (625.654 troy oz.).

ANTAM melalui UBPP Logam Mulia merupakan satu-satunya pabrik pemurnian emas di Indonesia yang memiliki akreditasi “Good Delivery List Refiner” di London Bullion Market Association (LBMA). Untuk mempermudah akses pelanggan terhadap produk Logam Mulia, ANTAM membuka channel penjualan emas secara online melalui website resmi www.logammulia.com serta melalui platform marketplace Tokopedia (akun “Butik Emas Antam Official”), Shopee (akun “Butik Emas Antam Official Shop”), Blibli (akun “Butik Emas Antam Official Store”) dan TikTok Shop (akun “@butikemasantamofficial”) selain layanan pembelian offline pada jaringan Butik Emas Logam Mulia ANTAM yang tersebar di 12 kota besar di Indonesia.

Kontribusi penjualan Segmen Nikel (produk feronikel dan bijih nikel) pada 9M24 berkontribusi sebesar 14% terhadap total penjualan ANTAM dengan nilai penjualan mencapai Rp6,10 triliun. Kinerja penjualan Segmen Nikel dipengaruhi oleh tantangan perizinan yang terjadi diawal tahun 2024 sehingga berdampak pada penjualan Perusahaan. Sepanjang 9M24, volume produksi feronikel ANTAM mencapai 15.244 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan capaian volume penjualan produk feronikel sepanjang 9M24 mencapai 11.691 TNi. Sementara itu untuk produk bijih nikel, volume produksi bijih nikel ANTAM mencapai 7,30 juta wet metric ton (wmt), dengan capaian volume penjualan bijih nikel ANTAM pada 9M24 tercatat sebesar 5,71 juta wmt.

Pada 9M24, kontribusi penjualan Segmen Bauksit dan Alumina memiliki proporsi 3% terhadap total penjualan ANTAM dengan nilai penjualan mencapai Rp1,16 triliun. Sepanjang 9M24 ANTAM mencatatkan volume produksi bauksit yang digunakan sebagai bahan baku bijih pabrik Chemical Grade Alumina (“CGA”) serta penjualan kepada pihak ketiga sebesar 637.713 wmt. ANTAM telah berhasil memasarkan produksi bauksit pada 9M24, sejalan dengan telah diperolehnya perizinan bagi Perusahaan. Pada 9M24, ANTAM mencatatkan total penjualan bauksit sebesar 97.430 wmt. Sementara untuk produk alumina, pada 9M24 ANTAM melalui Entitas Anak Perusahaan yang mengoperasikan pabrik CGA Tayan, PT Indonesia Chemical Alumina telah memproduksi sebanyak 105.883 ton alumina. Volume penjualan produk alumina pada 9M24 mencapai 133.065 ton alumina, meningkat 23% dari capaian penjualan alumina pada 9M23 sebesar 108.351 ton alumina.

Dalam melaksanakan kegiatan operasi, ANTAM senantiasa menerapkan good mining practices dan operation excellence untuk mewujudkan bisnis yang berkelanjutan. Sebagai wujud komitmennya, ANTAM melakukan percepatan atas inisiatif penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi emisi karbon.

Pengembangan Bisnis yang Berkelanjutan melalui Hilirisasi Mineral dan Kerja Sama Strategis
Terkait Proyek Kerjasama Pengembangan Ekosistem EV Battery di Indonesia, sampai dengan 9M24, telah tercapai beberapa milestone penting terkait pekerjaan awal, perizinan serta persiapan pendanaan proyek untuk mendukung persiapan konstruksi sesuai target.

Sebagai komitmen dalam hilirisasi pada komoditas nikel, ANTAM melalui entitas anak usaha PT Gag Nikel (“PTGN”), pada tanggal 3 Oktober 2024 telah melaksanakan transaksi pembelian 30% saham PT Jiu Long Metal Industry (“JLMI”) yang merupakan anak perusahaan yang dikendalikan oleh Eternal Tsingshan Group Limited. Dengan kepemilikan saham PTGN pada JMLI, diharapkan dapat menguatkan penjualan bijih nikel dari PTGN dan juga kontribusi dari asosiasi sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham. Implementasinya juga diharapkan dapat mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik nasional.

Sebagai tindak lanjut atas ditetapkannya Perusahaan menjadi pemenang lelang Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (”WIUPK”) Blok Pongkeru, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, dengan luas WIUPK sebesar 4.252 ha, ANTAM menjalin kerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah (”BUMD”). ANTAM bekerja sama dengan PT Sulsel Citra Indonesia (Perseroda) (“SCI”) dan PT Luwu Timur Gemilang (Perseroda) (“LTG”) untuk membentuk perusahaan patungan dalam rangka pengembangan pertambangan nikel di Blok Pongkeru pada tanggal 13 September 2024. Dalam kerja sama ini ANTAM memiliki saham mayoritas, sementara SCI sebagai BUMD Provinsi dan LTG sebagai BUMD Kabupaten memiliki saham minoritas. Melalui perusahaan patungan ini, diharapkan tercipta sinergi dan kolaborasi dalam memberikan multiplier effect pada daerah sekitar wilayah pertambangan. Selain itu, dengan kerjasama ini dapat meningkatkan penguasaan cadangan dan sumberdaya nikel nasional.

Dalam hal hilirisasi komoditas bauksit, Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah telah mencapai milestone penting dengan dimulainya fase injeksi bauksit perdana pada tanggal 24 September 2024. Fase ini menandai tahap commissioning proyek yang dijalankan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (”PT BAI”) yang merupakan perusahaan patungan antara ANTAM dan PT Indonesia Asahan Aluminium (”INALUM”). ANTAM akan memasok bijih bauksit dari tambang di Kalimantan Barat sebagai bahan baku utama untuk produksi alumina ke PT BAI dengan kebutuhan produksi 1 juta ton alumina. Dengan keberadaan SGAR, posisi ANTAM dalam rantai pasokan bauksit nasional semakin kuat dan sejalan dengan upaya mendukung hilirisasi industri mineral di Indonesia.

Nico menegaskan bahwa strategi hilirisasi yang dilakukan perusahaan sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah mineral domestik. ”Kami berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif hilirisasi, yang akan memberikan manfaat bagi perekonomian nasional dan meningkatkan daya saing industri tambang Indonesia,” pungkas Nico.

redaksi@jurnalbisnis.com