Penerbangan maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dari bandara di Indonesia akan berkurang sekitar setengahnya baik untuk rute domestik dan internasional, turun dari 237 menjadi 140 rute, dan selanjutnya fokus ke rute super premium seperti tujuan Denpasar, Bali.
Sementara jumlah pesawat juga sudah dipangkas dari 142 unit menjadi 60 unit, yang sebagian sudah dikembalikan kepada lessor, khususnya pesawat berbodi kecil seperti Boeing 737.
Dan akan lebih banyak mengoperasikan pesawat berbadan lebar atau widebody seperti Boeing 777 dan Airbus A320.
Selain itu, disampaikan juga oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo bahwa kondisi keuangan PT Garuda Indonesia secara teknis sudah bangkrut karena ekuitasnya sudah negatif hingga US$ 2,8 miliar atau setara Rp 40 triliun (kurs Rp 14.200/US$).
Dengan perincian aset terkini, mencapai US$ 6,93 miliar atau sekitar Rp 99 triliun, sementara liabilitas (kewajiban, termasuk utang) mencapai US$ 9,76 miliar atau setara Rp 140 triliun, dengan utang sewa pesawat menjadi yang terbesar yakni US$ 9 miliar atau setara Rp 128 triliun.
Dan Garuda saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan para lessor guna menurunkan kewajiban dari US$ 9,76 miliar menjadi US$ 2,6 miliar.
Berita lainnya
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai bulan November 2021 telah menindak sebanyak 3.631 perusahaan pinjaman online (pinjol) ilegal dan untuk tindakan pencegahan, sedang dibangun Pusat Data Fintech Lending (PUSDAFIL).
Nantinya seluruh transaksi fintech peer top peer lending (P2P) akan dimonitor dan diawasi secara langsung, baik untuk pengawasan terhadap limit pinjaman, monitor TKB90 (Tingkat Keberhasilan 90 hari), kepatuhan wilayah penyaluran pinjaman dan lainnya.
2. Untuk tahun 2022, Pemerintah berencana mengalokasikan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp35,39 triliun untuk lima Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
PT Hutama Karya (Persero) akan mendapatkan Rp23,85 triliun, PT Waskita Karya (Persero) Tbk Rp3 triliun, PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar Rp1,92 triliun, suntikan dana untuk ketiga BUMN diatas fokus buat penyelesaian berbagai ruas tol. Sementara Perum Perumnas Rp1,5 triliun, dan PT PLN (Persero) Rp5 triliun lagi untuk menyelesaikan proyek-proyek transmisi gardu induk dan distribusi listrik desa.