Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor
BERITA KEMENKO PEREKONOMIAN – Pemerintah berupaya mendorong pengembangan ekonomi daerah yang berdaya saing dan peningkatan kesejahteraan petani dengan menginisiasi kerja sama program pengembangan hortikultura berorientasi ekspor melalui dua kegiatan yakni pengembangan pisang cavendish untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor serta pengembangan hilirisasi buah dan sayur dengan teknologi freeze-dried melalui kemitraan closed loop.
Dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara eksportir utama produk hortikultura, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah melakukan program pengembangan kawasan hortikultura berbasis klaster pada sentra-sentra produksi subsektor hortikultura.
Selain itu, program closed loop yang salah satu tujuannya untuk pemenuhan bahan baku industri juga telah diinisiasi di berbagai daerah untuk menyerap produksi hortikultura melalui kerja sama kemitraan antara petani dengan perusahaan mitra sebagai off-taker.
Program yang ada telah berjalan di sembilan kabupaten diantaranya Kabupaten Tanggamus, Jembrana, Bener Meriah, Blitar, Ponorogo, Bondowoso, Garut, Sukabumi, dan Bangli dengan total luas lahan sebesar 375,11 ha dan bekerja sama dengan 1006 mitra petani. Kabupaten Karo menjadi wilayah ke-10 pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani yang terlibat.
Sebagai langkah awal pengembangan di Kabupaten Karo, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Yuli Sri Wilanti turut serta dalam kegiatan Tanam Perdana dan Launching Kemitraan Closed Loop pada Rabu (18/09). Dalam kegiatan tersebut dilakukan penyerahan scara simbolis bibit pisang cavendish kepada Wakil Bupati Kabupaten Karo Bapak Teopilus Ginting dan petani mitra.
Dalam agenda ini juga dilakukan penyerahan simbolis KUR oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut). Selain itu, dilakukan juga penandatanganan dan penyerahan perjanjian kerja sama antara PT Dapur Dunia Sejahtera dengan kelompok masyarakat pengelola di Kabupaten Karo.
Penanaman bibit tanaman pisang cavendish dilaksanakan di Desa Negri Jahe, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo yang merupakan lahan milik petani mitra PT GGP selaku off taker dalam kemitraan ini.
Kemitraan ini diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi buah, mendorong peningkatan kapasitas dan kesejahteraan petani dalam penyediaan pasokan yang sesuai dengan kebutuhan baik ekspor maupun bahan baku industri, dan secara bertahap memberikan substitusi impor sehingga ketergantungan industri hilir terhadap bahan baku impor dapat berkurang.
“Saya berharap, pengembangan kawasan sentra berorientasi ekspor di Kabupaten Karo ini dapat menjadi contoh keberhasilan yang menginspirasi daerah lain untuk mereplikasi program yang sama untuk mendorong hilirisasi komoditas hortikultura. Selain itu, inovasi dalam pengolahan produk hortikultura adalah salah satu jalan utama untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kita di pasar global,” ungkap Asdep Yuli.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya yakni Direktur Kebijakan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan Pengembangan Regional BRIN, perwakilan Direktorat Pengendalian Kerawanan Pangan Bapanas, perwakilan Asdep Kelembagaan dan Tata Kelola Koperasi Kemenkop dan UKM, perwakilan LPDB, perwakilan Direktorat Tindakan Karantina Tumbuhan Provinsi Sumatera Utara, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Karo, Kepala Dinas PUTR Kab. Karo, Kepala Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang, perwakilan Dinas Pertanian Kab. Simalungun, CEO of Farmer Empowerment PT GGP, Direktur Utama PT Dapur Dunia Sejahtera, Direktur Bisnis dan Syariah PT Bank Sumut, Pimpinan cabang Bank Sumut unit Kaban jahe, Pimpinan Cabang BRI Unit Kaban Jahe, serta para petani.