Jurnalbisnis – Untuk pertamakalinya Vietnam, pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, harus mengimpor beras asal India – yang merupakan pesaing untuk ekspor produk pertanian, kondisi ini dipicu terbatasnya pasokan domestik menyebabkan harga beras dalam negeri menjadi mahal.
Sesuai kesepakatan, India akan mengekspor 70,000 ton beras broken 100% ke Vietnam untuk pengiriman Januari dan Februari 2021 dengan harga US$ 310/ton Free on Board.
BV Krishna Rao, Ketua Asosiasi Eksportir Beras menyatakan, “Ini pertama kalinya India mengekspor beras ke Vietnam karena harga beras India jauh lebih murah daripada negara pengekspor lainnya.”
Menurut berita yang dilansir Reuters Selasa (05/01) kesepakatan ini menunjukkan bahwa pasokan di Asia terbatas dan berpotensi menaikkan harga beras pada 2021.
Saat ini, harga beras ekspor asal Vietnam sudah mencapai level tertinggi dalam 9 tahun terakhir. Sementara beras broken 5% asal Vietnam ditawarkan dengan harga sekitar US$ 500-505/ton, jauh lebih mahal dari beras India yang harganya dikisaran US$ 381-387/ton.
Tetapi bagi importir Vietnam, beras asal India ditimbun di gudang negara dari 2016-2017, dengan harga murah mencerminkan kualitas yang agak rendah. Konsumen Vietnam “hanya menggunakan untuk produksi pakan ternak dan pemrosesan bir”, menurut salah satu importir di Kota Ho Chi Minh.
Para importir juga melaporkan wabah Covid-19 memaksa banyak negara, termasuk Vietnam, menimbun beras guna memastikan cadangan sumber pangan dalam rangka menjamin rantai pasokan, sementara produksi beras Vietnam di Tahun 2020 turun sebesar 1,85% (sekitar 42,69 juta ton) dan ekspor beras Vietnam dalam setahun terakhir diperkirakan turun 3,5%.
Dalam konteks ini, Bank Dunia mengkhawatirkan situasi ini akan menyebabkan kerawanan pangan bagi negara-negara di sub-Sahara Afrika, kawasan dengan permintaan impor yang meningkat karena pertumbuhan penduduk yang pesat.