Jurnalbisnis – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis Selasa (12/01) petang di level Rp 14.137, naik 0.09% meskipun dibandingkan mata uang lain dolar AS menguat akibat lonjakan imbal hasil obligasi AS dan prospek dorongan pertumbuhan dari stimulus fiskal AS.
Baik Presiden terpilih Joe Biden, yang akan dilantik pada 20 Januari, dan fraksi Demokrat yang menjadi suara mayoritas baik di DPR dan Senat, telah menjanjikan anggaran “triliunan” untuk bantuan ekstra pandemi.
Biasanya, rencana pengeluaran tambahan akan mendorong investor khawatir terhadap kemungkinan inflasi dan berdampak negatif pada dolar AS, tetapi justru malah terus menguat karena kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Imbal hasil obligasi AS naik ke level tertinggi 10-bulan pada hari Senin karena investor memperkirakan pengeluaran lebih tinggi di bawah pemerintahan Joe Biden dan sebelumnya Departemen Keuangan akan menjual obligasi jangka panjang baru.
Sementara Indeks dolar AS 0,2% lebih tinggi ke level 90,494.
“Apresiasi dolar terjadi tidak hanya disebabkan kenaikan imbal hasil tetapi juga periode risk-off akibat meningkatnya ketidakpastian perkembangan politik di AS,” kata Paresh Upadhyaya, direktur strategi mata uang dan manajer portofolio untuk Amundi Pioneer Asset Management di Boston yang dikutip Reuters.”Saya pikir itu melebih-lebihkan kekuatan dolar,”
Spekulan di pasar FX tetap sangat bearish terhadap dolar, merujuk pada data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis pada hari Jumat.
Dolar yang lebih kuat memukul pound, sehingga turun 0,3%, karena kepala penasihat medis Inggris memperingatkan bahwa beberapa minggu ke depan pandemi akan menjadi yang terburuk.
Sedangkan, bitcoin turun 20% ke level terendah satu minggu pada hari Senin.