Ekspor Sarang Burung Walet Naik di 2020, Cina Jadi Pasar Utama

Jurnalbisnis – Indonesia mengalami peningkatan ekspor sarang burung walet selama tahun 2020, yang berdasarkan data IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan) mencapai 1.155 ton dengan nilai Rp 28,9 triliun, naik 2,13% dari tahun 2019 dengan volume 1.131,2 ton senilai Rp 28,3 triliun.

“Tanpa perawatan khusus walet memberikan sumbangan devisa negara dan pendapatan bagi petani,” ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (17/01).

Saat ini, sarang burung walet yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan.

Sementara untuk pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan dilakukan Barantan.

Menurut Syahrul, Barantan telah melakukan pendampingan 23 eksportir sarang burung walet lokal untuk melakukan registrasi pada otoritas karantina pertanian China, GACC (General Administration of Customs of the People’s Republic of China).

Karena sebanyak 262 ton atau 23% dari total ekspor sarang burung walet Indonesia dibeli importir Cina karena harga beli yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain, dengan kisaran harga jual antara Rp 25 juta hingga Rp 40 juta per kilo.

Namun dengan harga yang lebih tinggi ini, secara khusus otoritas Cina juga mensyaratkan ketentuan registasi bagi tempat pemrosesan sarang walet disamping persyaratan teknis lainnya.

Selain Cina, ada 23 negara tujuan ekspor sarang burung walet asal Indonesia antara lain Australia, Amerika Serikat, Kanada, Hong Kong, Singapura, Afrika Selatan.