BPPT Tampilkan Beras Non Padi Hasil Inovasi Agroindustri

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menampilkan sejumlah hasil inovasi para penelitinya. Hal itu ditegaskan dalam kegiatan Gelar Teknologi BPPT bertema Inovasi Agroindustri dan Bioteknologi, serta dampaknya terhadap Bioekonomi atau The 3rd Bioeconomic Innovations On Agroindustrial Technology And Biotechnology 2019.

“Gelar teknologi TAB kali ketiga ini ditujukan dalam rangka mensosialisasikan inovasi yang kami lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sektor pangan dan obat-obatan,” kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni Solistia Wirawan di Gedung LAPTIAB BPPT, Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, Kamis (24/01/2019).

Dikatakan Soni, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengenalkan layanan teknologi yang dilakukan oleh BPPT. Layanan teknologi ini menurut Soni, dilakukan melalui fasilitas laboratorium yang dimiliki oleh Kedeputian TAB, acara ini juga menjadi bentuk pertanggungjawaban publik atas hasil yang telah dicapai.

Di acara tersebut lanjut Soni, masyarakat maupun pemangku kepentingan dapat berkunjung ke fasilitas laboratorium di lingkungan Kedeputian TAB. Hal ini dilakukan guna menjajaki peluang kerjasama di bidang pertanian, pangan dan kesehatan yang merupakan inti kompetensi Kedeputian TAB.

Inovasi Agroindustri dan Bioteknologi

Adapun produk unggulan yang ditampilkan, antara lain beras berbahan baku sagu, singkong dan jagung, mie sagu, ikan nila SALIN, serta berbagai produk herbal.

Tingginya konsumsi nasi jelas akan membawa konsekuensi pada berbagai hal, mulai dari keharusan penyediaan stok beras hingga masalah kesehatan yang mungkin timbul. Dari sisi keharusan penyediaan stok beras, maka kami berupaya untuk mendorong ketersediaan beras pada tingkat aman. Tentunya dengan penguasaan teknologi, jelasnya.

Menyadari potensi bahaya jangka panjang dari ketergantungan pada nasi, perekayasa di lingkungan Kedeputian TAB telah mengembangkan beras yang berbahan baku singkong, jagung dan sagu. Beras ini mempunyai indeks glikemik yang rendah sehingga akan cocok untuk para penderita penyakit diabetes atau untuk penurunan berat badan sehingga dapat dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan beras biasa, ucap Soni.

Sementara capaian lain adalah pengembangan produk berbasis herbal. Black Garlic dan pengembangan peralatan kristalisasi jamu instan juga lahir dari perekayasa Kedeputian TAB. Black Garlic adalah salah satu inovasi produk herbal yang berbasis pada kaidah saintifik, inilah yang membedakan karya perekayasa Kedeputian TAB., tutup Soni.

Sebagai informasi, open house ini juga digelar lomba kreativitas olahan produk dengan menggunakan bahan baku produk yang telah dihasilkan oleh Kedeputian TAB yakni beras sagu dan mie sagu hasil pengkajian dari Pusat Teknologi Agroindustri, ikan nila unggul hasil pengkajian dari Pusat Teknologi Pertanian, sayuran yang menggunakan pupuk Bio Ala hasil pengkajian Pusat Bioindustri dan garam Lososa hasil kerjasama antara PT Garam (persero) dan Pusat Teknologi Farmasi dan Medika.

Kegiatan tersebut juga diselenggarakan demo masak bertemakan masakan nusantara oleh chef Alvin dan chef Anastasya dari masak.tv dengan menggunakan bahan-bahan beras sagu, tepung cassava instan, ikan nila serta minuman herbal juga penyelenggaraan Beauty Demo oleh mitra Kedeputian TAB yakni PT Martina Berto.