Laba Cikarang Listrindo Naik 153%

(Jakarta) PT Cikarang Listrindo Tbk pada semester 1-2016 membukukan kenaikan laba sebesar 153 persen atau senilai US$ 106.51 juta, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 yang senilai US$ 42.08 juta. Sementara untuk pendapatan sebesar US$ 274.66 juta atau naik 1.5 persen dibandingkan paruh pertama 2015 ketika itu tercatat sebesar US$ 270.58 juta.

Dari pendapatan yang sebesar US$ 274.66 juta, kontribusi penjualan dari segmen kawasan Industri sebesar 73 persen atau senilai US$ 200.18 juta, naik sebesar 7.39 persen dari penjualan di paruh pertama 2015 yang senilai Rp 186.39 juta. Sementara dari PLN senilai US$ 74.48 juta atau berkontribusi sebesar 27 persen, turun dibandingkan semester pertama 2015 yang sebesar US$ 84.18 juta.

“Proyeksi hingga akhir tahun akan tergantung dari pertumbuhan kawasan industri. Kalau memang pertumbuhan makro ekonomi membaik, penjualan listrik ke kawasan industri juga akan meningkat,” ujar Christanto Pranata, Chief Financial Officer PT Cikarang Listrindo Tbk Jumat (26/08) pekan silam.

Tahun ini, Cikarang Listrindo menargetkan kapasitas listrik terpasang mencapai 1.144 Megawat, dengan tambahan beroperasinya dua PLTU berbahan baku batu bara yang berlokasi di Bekasi Utara senilai Rp 6.22 triliun pada akhir tahun ini, yang masing-masing memiliki kapasitas 140 MW.

Untuk investasi dua PLTU di Bekasi ini, Cikarang Listrindo membenamkan modal kerja senilai US$ 475 juta yang diperoleh dari obligasi global yang diterbitkan tahun 2012 dan kas internal.

Saat ini, perseroan mengelola dua PLTG dengan total kapasitas 864 MW, dan memiliki izin usaha kelistrikan umum (IUKU) di lima kawasan industri Cikarang, yaitu Jababeka, East Jakarta Industrial Park, MM-2100, Lippo Cikarang, dan Bekasi International Industrial Estate.

Pada 18 Agustus 2016, S&P mengerek peringkat kredit korporasi jangka panjang POWR dan peringkat surat utang 2019 dari BB- menjadi BB.

PT Cikarang Listrindo Tbk pada bulan September berencana menerbitkan surat utang atau obligasi dalam bentuk mata uang asing senilai US$ 550 juta atau Rp 7,2 triliun yang akan digunakan untuk ekspansi bisnis juga membayar utang yang dikeluarkan tahun 2012 sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 6.5 triliun dengan estimasi kurs rupiah Rp 13.000 per dollar AS.

Sesuai rencana, obligasi yang akan ditawarkan ke investor-investor di Amerika, Eropa, dan Asia ini, ditargetkan memiliki tenor maksimal 10 tahun dengan tingkat suku bunga tetap maksimal 8% per tahun.