Produsen Kabel Serap Bahan Baku Domestik

(Jakarta) Produsen kabel secara bertahap mengurangi pasokan bahan baku impor seiring meningkatnya kapasitas industri pengolahan mineral domestik pasca peralihan kepemilikan PT Asahan Indonesia Alumunium (Inalum) dari Jepang ke Indonesia.

Inalum memasok 142.93 ton atau hampir setengah dari total kebutuhan produsen kabel domestik yang mencapai 300.000 ton per tahun, sementara sisanya berasal dari PT Smelting yang berlokasi di Gresik dan smelter di luar negeri.

“Sebelum peralihan kepemilikan Inalum, para produsen kabel harus mendatangkan 70 persen bahan baku alumunium dari luar negeri, dan saat ini porsi pasokan tembaga lokal sekitar 90 persen,” ungkap Noval Jamalullail, Ketua Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) di Jakarta, Kamis (25/08).

Noval menjelaskan pasokan tembaga dan alumunium belum bisa seluruhnya dipasok dari dalam negeri karena keterbatasan kapasitas Inalum dan Smelting Gresik.

Kapasitas Inalum yang sekitar 260.000 ton per tahun juga diserap produsen komponen peralatan rumah tangga seperti PT Maspion dan industri berbasis alumunium lain. Sementara kapasitas produksi PT Smelting Gresik sekitar 300.000 ton per tahun.

Menurut Noval pasokan lokal bisa mencapai 100 persen jika kapasitas produksi alumunium dan tembaga nasional meningkat.

Inalum berencana meningkatkan kapasitas produksi alumunium menjadi 500.000 ton per tahun pada 2019, dan untuk itu terlebih dahulu akan membangun pembangkit listrik bekerjasama dengan PT Batubara Bukit Asam Tbk yang proses konstruksinya akan dimulai pada akhir tahun 2016.

Sedangkan potensi tambahan pasokan tembaga lainnya bisa didapat jika pendirian smelter PT Freeport Indonesia, yang berkapasitas 2 juta ton per tahun, dapat beroperasi sesuai rencana yakni pada tahun 2017.